Kamis, 22 Januari 2015

Objek Kajian Filsafat

Filsafat mempunyai dua objek kajian yaitu objek formal dan material. 
Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang didelidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. “ada” di sini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkinan.
Pengertian lain adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala ssuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat, terdapat tiga persoalan pokok : Hkikat Tuhan, Hakikat Alam, Hakikat Manusia. 
 
Objek Formal Filsafat yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang. Objek Formal filsafat adalah menyeluruh secara umum. Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satupun yang ebrada di luar jangkauan pembahasan filsafat.
Objek formalnya adalah metode untuk memahami objek materil tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Pengertian lain menyebutkan bahwa Objek Formal Filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam – dalam sampai ke akar – akarnya) tentang objek materi filsafat.
enurut Ir. Poedjawijatna, objek materi filsafat adalah ada dan mungkin ada. Objek materi tersebut sama dengan objek materi dari ilmu seluruhnya. Objek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Yang tampak adalh empriris sedangkan yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat menjadi tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainnya adalah objek formalnya, sehingga kalau ilmu membatasi diri dan berdasarkan pengalaman, sedangkan filsafat tidak membatasi diri, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam – dalamnya, inilah objek formal filsafat.

Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa ilmu filsafat pada prinsipnya memiliki 2 objek substansif dan 2 objek instrumentatif, yaitu :

1. Objek Substansi yang terdiri dari dua hal yaitu kenyataan dan kebenaran 

a)      Kenyataan

Fakta (kenyataan) yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta ini ada beberapa aliran filsafat yang memberikan pengertian yang berbeda – beda, diantaranya yaitu positivme (hanya mengakui pengayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara sensual satu dengan yang lainnya. Data empiriksensual tersebut harus objektif tidak boleh masuk subjektifitas peneliti. Fakta itu yang faktual ada phenomenologi. Fakta buka sekedar data empirik sensual tetapi data yang sudah dimaknai sehingga ada subjektifitas peneliti tetapi, subjektifitas peneliti disini tidak berarti sesuai selera peneliti.subjektif dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis data sampai kesimpulan.data selektifnya disa berupa ide moral dan lain-lain.orang yang mengamati terkait langsung pada konsep-konsep yang dimiliki.

b)      Kebenaran

Positivisme, benar substantif yang menjadi identik dengan benar sesuai dengan empiri sensual. Kebenaran positivistik didasarkan pada ditemukan frekwensi tinggi atau fariansi yang besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondwnsi antara fakta yang satu dengan fakta yang phenominology. Kebenaran dibuktikan berdasarkan pada oenemuan yang esensial yang dipilih dari non esensial atau esksemplar dan sesuai dengan skema tertentu. Secara dikenal 2 teori kebenaran, yaitu kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi phenominology fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji kebenarannya dengan yang dipercaya. Realisme methafisik ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran objektif universal. Realisme sesuatu yang benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menutut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam sesuatu itu benar apabila yang empirik faktual yang koheren dengan kebenaran transeden berupa wahyu. Pregamatisme mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi. Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Williams ada 5 teori kebenaran yaitu:
– Kebenaran Preposisi yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran preposisinya baik preposisi formal maupun preposisi materialnya.
– Kebenaran Koherensi atau Konsistensi yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suau pernyataan denag pernyataan-pernyataan yang lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
– Kebenaran Performatif yaitu teori kenbenran yang mengakui bahwa sesuati itu dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.-Kebenaran Praqmatik yaitu toeri kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktif. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.

 2. Objek kajian instrumentif terdiri dari dua hal yaitu konfirmasi dan logika inferensi

a. Konfirmasi

Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut denga menggunakan landasan : asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmasi probabilistik dengsn mengggunakan metode induktif, deduktif, reflektif.
Pemaknaan juga dapat ditmpilkan sebagai konfirmasi probabilistik dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian apriori dan aposteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran perdiksi para ahli mendasarkan pada dua aspek : (1) Aspek Kuantitatif (2) Aspek Kualitatif. Dalam hal konfirmasi.sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu:
  • Decision Theory: menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual.
  • Estimation Thory: menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar atau salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
  • Reliability Analysis: menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hepotesis.
b. Logika inferensi 

Studi logika adalah study tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya liogika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan menegetengahkan tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu: Prinsipium Identitatis (Qanun Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah) dan Principium Exclutii Tertii (Qanun Imtina’). Logoka ini sering juga disebut dengan logika inferensi karena konstribusi utama logika Aristoteles tersebut adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika tradisional. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filusuf. Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menyntut minat khusus dalam beberapa disiplin ilmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar