Kamis, 22 Januari 2015

Pengertian dan Fungsi Filsafat

Immanuel Kant memandang Filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang menckup di dalamnya beberapa persoalan:Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabnya : Metafisika), Apakah yang harus kita kerjakan? (Jawabnya : Etika), Sampai dimanakah harapan kita? (Jawabnya : Agama), Apakah yang dimanakan manusia? (Jawabnya : Atropologi).

Sedangkan pandangan Nasution mengenai filsafat yaitu, Filasafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dan bebas (tidak terikat tradisi,agama atau dogma) dan dengan sedalam–dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar (akar) persoalan. 

Dari dua ilmuan tersebut adalah jawaban subjektif mengenai filsafat dan masih banyak lagi ilmuan filsafat. nah, sekarang tinggal bagaimana kita memandang filsafat tersebut. setiap orang mempuyai pemikiran sendiri mengenai filsafat. filsafat dapat pula digunakan sebagai ilmu untuk mencari kebenaran dan menyelesaikan permasalahan yang kerapkali terjadi baik dalam diri kita, lingkungan maupun lainnya.. 
Meskipun para ahli pikir itu berbeda pendapat tentang definisi filsafat, namun bila diperhatikan terdapat titik – titik persamaannya, yaitu :
  • Bahwa filsafat adalah suatu bentuk “mengerti”
  • Semua mengakui bahwa filasafat termasuk “ilmu pengetahuan
setujukah dengan hal tersebut???
nah, mari kita bahas mengenai fungsi filsafat

1. Filsafat sebagai ilmu
 
Mengapa filsafat sebagai ilmu? Nah pertanyaan tersebut merupakan bukti bahwa filsafat sebagai ilmu yang dengan pertanyan tersebut, orang akan mencari tahu dan emikirkan jawabannya. selain pertanyaan mengapa, ada pula bagaimana, kemana, apakah. hal tersebut juga memfungsikan filsafat sebagai ilmu.  
Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat – sifat yang dpaat ditangkap atau tmapak oleh indra. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran). Pertanyaan mengapa menayakan tentang sebab (asal mula) suatu objek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat). Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi di asa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan ,yaitu : pertama, pengetahuan yang timbul dari hal – hal ayng selalu berulang – ulang (kebaisaan) yang nantinya pengetahuan terdebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Kedua, pengetahuan yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini tidak dipermasahkan apakah pedoman tersebut selalu dipakai atua tidak. Pedoma yang swlalu dipakai disebut hukum. Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Tegasnya, pengetahuan yang diperoleh dari ajawaban kemana adalah pengetahuan yang bersifat normatif. Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengartu oleh a kal. Ajawaban atau pengetahuan yang diperolehnya ini kita dapat mengatahui hal – hal yang bersifat sangat umum, universal, abstrak.

2.  Filsafat sebagai cara berpikir

Nah, filsafat itu tidak hanya mempelajari lmu, namun ebih-lebih lagi filsafat mempelajari bagaimana cara berpikir. Dengan berfilsafat, kita dapat mengolah pola pikir kita dan melihat sesuatu dari sisi yang benar dan dari semua sisi. Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yand sangat mendalam sampai hakikat atau berpikir secara global/menyeluruh atau berpikir yang dilihat sari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang pengetahuan. Berpikir yang dwmikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara cepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Harus Sistematis artinya berpikir secara rasional dan terkait anara yang satu dengan yang lain.
2. Harus Konsepsional artinya berpikir dengan adanya perencanan atau suatu konsep. Dalam filsafat, ialah memikirkan hal dan prosesnya.
3. Harus Koheren artinya hal-hal yang dipikirkan tidak boleh bertentangan dengan hal-hal lainnya. 
4. Harus Rasional artinya  pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah/tata cara.tata cara berpikir.
5. Harus Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal – hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
6. Harus Mengarah pada Pandangan Dunia artinya pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada di dalamnya (dunia). 

3. Filsafat sebagai pandangan hidup

Filsafat sebagai pandangan hidup (Weltsanschaung) merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari – hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan – persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pandangan hidupnya itu akan tercermin di dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara tersebut akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total. Filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam – macam filsafat sebagai berikut :

1)   Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
2)   Manusia dengan unsur rasanya dapat melahirkan filsafat keindahan (estetika).
3)   Manusia dengan unsur monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya) dapat melahirkan filsafat  antropologi.
4)   Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
5)   Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan filsafat sosial.
6)   Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir (logika).
7)   Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk dapat melahirkan filsafat tingkah laku (etika).
8)   Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
9)   Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi)
10)  Manusia dengan dan sebagai warga negara dapat melahirkan filsafat negara.
11)  Manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap supernatural dapat melahirkan filsafat agama.

Itulah mengenai pengertian dan fungsi filsafat. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar