RAGAM BAHASA
BAKU
1. Penting atau tidaknya bahasa
Indonesia
a. Dipandang dari Jumlah Penutur
Ada dua bahasa di Indonesia yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu dan bahasa
Indonesia merupakan bahasa pengantar ketika di sekolah. Dengan demikian,
penutur bahasa Indonesia yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu
tidak besar jumlahnya karena jumlah mereka terbatas dan lahir dari orangtua
yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang berbeda, orang yang lahir di
kota besar.
Jumlah
penutur adalah penutur yang memberlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua
sekitar 210 juta orang, dan bahasa indonesai amat penting kedudukannya di
kalangan masyarakat.
b. Dipandang dari luas
penyebarannya
Tersebarnya
suatu bahasa tidak terlepas dari jumlah penutur bahasa Indonesia yang berjumlah
210 juta orang lebih yang tersebar dalam daerah yang luas, yaitu dari sabang
sampai merauke. Tidak hanya itu, bahasa indonesia juga tersebar di Belanda, Rusia,
Jepang, dan bisa dilihat pada beberapa Universitas di luar negeri membuka
jurusan bahasa indonesia sebagai salah satu jurusan.
c. Dipandang dari Dipakainya
sebagai Sarana Ilmu, Budaya dan Susastra
Tentang
susastra, bahasa Kerinci kaya dengan macam dan jenis susastranya walaupun hanya
susastra lisan. Susastra ini telah memasyarakat ke segenap pelosok daerah
kerinci, dan bahasa Kerinci telah dipakai sebagai sarana dalam susastra.
Tentang budaya, bahasa Kerinci telah
dipakai walaupun hanya dalam berkomunikasi, bertutur adat, bernyanyi,
berpantun, dsb.
Tentang ilmu pengetahuan, bahasa Kerinci
belum mampu memecahkannya dan belum mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana
ilmu. Jika hendak menulis surat, orang-orang Kerinci menggunakan bahasa
indonesia, bukian bahasa Kerinci.
2. Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Ragam lisan menghendaki adanya orang
kedua, teman berbicara secara langsung, mengandung unsure-unsur fungsi
grematikal yaitu subjek, predikat dan objek tidak selalu dianyakan, karena
dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi (tinggi
rendahya dan panjang pendeknya suara). Ragam lisan juga sangat terikat pada
kondisi, situasi, ruang dan waktu.
Contoh
ragam lisan ialah
Seorang
direktur berkata pada sekretarisnya.
“Kenapa dia, San.”
“Tahu, Tuan, miring kali.”
Sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan
adanya teman berbicara secara langsung, perlu lebih terang dan lebih lengkap,
fungsi-fungsi gramatikal harus nyata, tidak terikat oleh kondisi, situasi,
ruang, dan waktu, dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak bicara mengerti isi
tulisan. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah dan surat
kabar.
A. Ragam Lisan
a.
Penggunaan Bentuk Kata
1)
Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni
2)
Bila
tak sanggup,
tak perlu dilanjutkan pekerjaan itu
3) Fotokopi
ijazah harus dilegalisir dulu oleh
pimp[inan akademik.
b.
Penggunaan Kosakata
4) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu
5) mereka lagi bikin denah buat pameran entar
6) pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima
c.
Penggunaan struktur kalimat
7) rencana
ini saya sudah sampaikan kepada direktur
8) dalam
Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh
B. Ragam Tulis
a.
Penggunaan Bentuk Kata
1)
Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni
2) Apabila tidak sanggup
, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu
b.
Penggunaan Kosakata
3)
Saya sudah Memberi tahu mereka tentang hal itu
4) Mereka
sedang membuat denah untuk
pameran nanti
c.
Penggunaan Struktur Kalimat
5)
Rencana itu Sudah saya sampaikan kepada Direktur
6) Asah
Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh
3.
Ragam Baku dan Tidak Baku
Ragam
baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui sebagian besar warga masyarakat
pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam
penggunaannya. Sedangkan Ragam Tidak Baku adalah ragam yang tidak dilembagakan
dan ditandai oleh cirri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Sifat-sifat
ragam baku
a)
Kemantapan Dinamis
Mantap
artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau berpegag pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Bentuk-bentuk lepas landas, lepas tangan,
lepas pantai, merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.
Dinamis
artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk
mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan
(pelanggan) dan tempat berlangganan (langganan).
b)
Cendekia
Bersifat
cendikia yaitu dipakai di tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini
adalah orang-orang yang terpelajar.
Ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak
pembicara atau penulis, begitupun pada otak pendengar dan pembaca.
c)
Seragam
Proses
pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Pembakuan bahasa adalah
pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan
kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari.
4.
Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam
baku tulis adalah rgam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau
buku-buku ilmiah lainnya. Sedangkan ukuran dan nilai ragam baku lisan
bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucaapan.
Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku jika dalam pembicaraannya
tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya. Usaha Pemerintah
dalam mendahulukan ragam baku tulis yaitu dengan menerbitkan dan menertibkan ejaan
bahasa Indonesia, yang tercantum dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, pengadaan Kamus
Besar Bahasa Indonesia, dll.
5.
Ragam Sosial dan Ragamm Fungsional
Ragam
sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam fungsional yaitu ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga,
lingkungan kerja, ataau kegiatan tertentu lainnya.
6.
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Kebakuan
suatu kata sudah menunjukan masalah yang “benar” suatu kata itu. Namun, masalah
“baik” tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat
efektifnya suatu kalimat.
Dengan
demikian, bahasa yang benar adalalh bahasa yang menerapkan kaidah dengan
konsisten, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang
mempunyai nilai rasa yang tepatdan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar